apapun itu

apapun itu
HK

Senin, 03 Desember 2012

Pariwisata



Tujuan dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah. Tujuan pelaksanaan otonomi daerah ini harus menjadi fokus kebijakan Pemerintah Daerah dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Bagi Pemerintah Daerah Kota, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perkotaan akan lebih difokuskan pada pengembangan perekonomian daerah dalam bidang industri, perdagangan, dan jasa, karena keterbatasan potensi pertanian dalam wilayah perkotaan. Dalam hal ini, dibutuhkan kreativitas dan inovasi dari setiap Pemerintah Daerah Kota, terutama dalam mendorong sektor swasta untuk mengembangkan sektor industri, perdagangan dan jasa, yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Upaya pengembangan perekonomian daerah dimaksud harus senantiasa mengindahkan ketentuan hukum yang berlaku, karena perilaku kreativitas dan inovatif biasanya bersifat "terobosan (breakthrough)", dapat saja melenceng dari ketentuan peraturan perundangan. Meskipun secara akademik, setiap Kepala Daerah memiliki diskresi kewenangan yang disebut "Freies Ermessen", yakni kebebasan bertindak atau mengambil keputusan bagi pejabat publik berdasarkan pendapat sendiri karena adanya kekosongan ketentuan hukum tata negara, namun diskresi kewenangan ini tidak menjadi alasan penyimpangan terhadap koridor hukum yang berlaku. Oleh karena itu, Kementerian Dalam Negeri senantiasa mendorong Pemerintah Daerah untuk berkreativitas dan berinovasi, namun harus tetap dalam koridor hukum yang berlaku.
Upaya pengembangan perekonomian daerah, yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah adalah penyediaan prasarana dan sarana transportasi untuk memudahkan mobilitas antar wilayah. Kondisi transportasi perkotaan pada sejumlah daerah di Indonesia saat ini menunjukkan keadaan yang memprihatinkan, karena selain tingginya tingkat kemacetan lalu lintas terutama pada ibukota Provinsi, juga masih terbatasnya infrastruktur jalan dan jembatan yang dapat menghambat mobilitas manusia dan barang antar wilayah. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kota untuk memfokuskan kebijakan daerah pada upaya peningkatan penyediaan prasarana dan sarana transportasi wilayah bagi kepentingan masyarakat dan pengembangan perekonomian daerah.
Menurut laporan World Trade Organization (WTO), secara akumulatif, sektor pariwisata mampu mempekerjakan sekitar 230 juta lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi ratusan milyar dollar terhadap perekonomian di berbagai negara. 
Kita pernah mengalami masa emas perkembangan pariwisata. Pada Tahun 1995, sektor pariwisata sempat menjadi sektor penghasil devisa terbesar, dengan perolehan devisa sekitar 15 milyar dollar AS, ketika ekspor kayu, tekstil, dan migas mengalami penurunan. Namun pasca tahun 1998, sektor ini mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagai dampak gejolak sosial politik dalam negeri, sehingga kunjungan wisatawan manca negara menurun drastis. Selain itu, peristiwa terorisme, Flu Burung, dan gangguan keamanan dalam negeri, turut berimplikasi terhadap menurunnya jumlah wisatawan mancanegara, termasuk adanya kebijakan travel warning dari beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia. 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Tahun 2010, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari 20 pintu masuk, sejumlah 7 juta jiwa (naik sekitar 10,74 % dibandingkan tahun sebelumnya), dengan rata-rata tinggal selama 7-8 hari dan rata-rata pengeluaran sejumlah kurang lebih 995 US$ (tahun 2009). Data ini menunjukkan bahwa dalam perspektif pembangunan nasional, sektor pariwisata memiliki kontribusi bermakna bagi peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), terutama bila dikaitkan dengan Sektor Perhotelan Dan Restoran.
Kerjasama sinergis antara Pemerintah Daerah, pihak swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata di daerah, agar dapat terwujud manajemen kepariwisataan yang baik pada seluruh bidang pendukung, sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap daya tarik wisatawan, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan asli daerah, pendapatan masyarakat, dan berkontribusi pula terhadap peningkatan devisa negara.
Peran dan kontribusi sektor swasta harus terus didorong dan difasilitasi dalam pengembangan pariwisata, karena selama ini hampir sebagian besar obyek pariwisata dikelola oleh Pemerintah Daerah. Di suatu provinsi misalnya, lebih dari 90% obyek pariwisata dikelola oleh Pemerintah Daerah. Hal ini akan mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan manajamen obyek wisata terhadap alokasi dana APBD. Padahal dalam mengefektifkan manajemen kepariwisataan, diperlukan pemahaman yag tepat mengenai aktivitas ekonomi pasar dari para pemangku kepentingan lainnya, yaitu dunia usaha dan masyarakat.
Pemerintah Daerah perlu memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan keberhasilan sektor pariwisata, antara lain dengan mengalokasikan dana APBD yang proporsional untuk membiayai pembangunan infrastruktur kepariwisataan (seperti jalan, listrik, dan telekomunikasi), memfasilitasi masyarakat dan pihak swasta dalam mengelola potensi wisata (seperti wisata budaya dan wisata alam), serta promosi dan pemasaran potensi wisata yang ada di daerah. 
Sinergi tiga pilar manajemen kepariwisataan, yakni Pemerintah Daerah, pihak swasta, dan masyarakat, merupakan kekuatan utama dalam meningkatkan perkembangan sektor kepariwisataan di daerah. Kelemahan peran dari salah satu pilar, akan sangat menghambat upaya pengembangan kepariwisataan.

Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan April 2012 mencapai 225.488 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 222.657 orang, dan yang melalui pelabuhan laut sebesar 2.831 orang. Jumlah wisman ke Bali pada bulan April 2012 naik sebesar 0,35 persen dibandingkan dengan bulan April 2011 dan turun 2,37 persen dibandingkan dengan bulan Maret 2012. Menurut kebangsaan, wisman yang paling banyak datang ke Bali pada bulan Maret 2012 adalah wisman dengan kebangsaan Australia, RRC, Malaysia, Jepang, dan Perancis dengan presentase masing-masing sebesar 26,59 persen, 9,03 persen, 6,28 persen, 5,65 persen, dan 4,69 persen. Kedatangan wisman ke Bali selama periode Januari – April 2012 mencapai 935.724 orang atau meningkat 10,23 persen dibandingkan Januari – April 2011 yang mencapai 848.899 orang.  Asal wisman untuk periode Januari – April 2012, berkebangsaan Australia, RRC, Jepang, Malaysia, dan Korea Selatan dengan persentase masing-masing sebesar 25,43 persen, 13,28 persen, 5,92 persen, 5,67 persen, dan 4,46 persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) untuk keadaan bulan April 2012 pada hotel berbintang di Bali mencapai rata-rata sebesar 59,01 persen dan rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia di hotel sejenis di Bali adalah selama 3,26 hari. Dibandingkan bulan Maret 2012, TPK turun sebesar 0,38 poin dan rata-rata lama menginap juga turun sebesar 0,50 poin. TPK pada hotel Non Bintang untuk keadaan bulan April mencapai rata-rata sebesar 35,25 persen dan ratarata lama menginap tamu asing dan Indonesia di hotel sejenis di Bali adalah selama 2,66 hari. Dibandingkan dengan keadaan bulan Maret 2012, TPK naik 2,70 poin sedangkan rata-rata lama menginap turun 0,22 poin. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali pada bulan April 2012 mencapai 225.488 orang. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2012, jumlah wisman mengalami penurunan sebesar 2,37 persen. Pada bulan April 2012, sebagian besar wisman datang ke Bali melalui bandara sebanyak 222.657 orang (98,74 persen), sedangkan melalui pelabuhan laut hanya sebesar 2.831 orang (1,26 persen). Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya,jumlah wisman yang datang melalui Bandara Ngurah  Rai mengalami penurunan sebesar 0,79 persen. Sedangkan bila dibandingkan dengan keadaan bulan Maret 2012 angka ini menurun 0,13 persen. Wisman yang datang melalui pelabuhan laut pada bulan April 2012 berjumlah 2.831 orang, turun Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/06/51/Th. VI, 1 Juni 2012  264,64 persen dibandingkan bulan Maret 2012 dan naik sebesar 907,47 persen dibandingkan dengan bulan April 2011.

Kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia semakin berkembang. Baik dari segi ekonomi, investasi dan pariwisata. Pemerintah Indonesia pun juga terus menggenjot pebisnis-pebisnis dari Tiongkok dan Indonesia untuk terus melakukan kerja sama yang lebih dalam. Prinsip dan kelebihan dalam keterbukaan Indonesia terhadap Tiongkok membuatnya berbeda dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dari segi komunitas politik ekonomi bisa kita lihat bahwa Singapura yang menonjol di negara ASEAN di bidang bisnis dan investasi mendukung Indonesia sebagai negara ke 2 di ASEAN melakukan perukaran bisnisnya di negeri naga ini. Dengan ketetapan hak kebudayaan dan politik ekonomi yang kokoh, Indonesia memajukan investasinya di luar negeri. Melalui pertukaran dagang antara kedua negara, interkonektivitas kedua negara juga akan lebih digenjot seiring dengan lajunya pertumbuhan perdagangan antar Tiongkok dan Indonesia. Tetapi di sisi lain, Indonesia justru menghadapi tantangan yang luar biasa. Sejak terbentuknya MP3EI (Masterplan on economy development), Indonesia justru tertantang dalam pembangunan infrastruktur, revitalisasi bandara udara yang meminta untuk memperbaikinya agar memenuhi standar bandara-bandara di negara ASEAN dan persiapannya untuk mendatangkan sejumlah wisatawan yang ditargetkan.Dilihat dari segi transportasi yang mendukung pebisnis yang berdatangan ke Tiongkok dan Indonesia, Garuda Indonesia yang berdiri sebagai maskapai penerbangan nasional juga meningkatkan kepakkan sayapnya ke angkasa Tiongkok. Wisatawan Daratan Tiongkok adalah wisatawan terbanyak yang berkunjung ke Indonesia menyusul Hongkong, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Bagaimana Garuda Indonesia membantu dalam memajukan hubungan perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia? Pertama, dengan menargetkan program 'quantum lead'. Garuda Indonesia yang terus meningkatkan jumlah penumpangnya juga giat dalam pemasaran maskapai dan armada terbarunya. Kedua, menargetkan 194 unit pesawat dengan destinasi ke 30 kota dalam negeri dan lebih kurang 60 kota luar negeri. Penerbangan rute Jakarta-London juga menjadi salah satu target mereka dalam memajukan penerbangan nasional Indonesia ini. Selain itu, Garuda Indonesia juga menargetkan untuk menjadikan Garuda Indonesia yang saat ini hanya menempati gelar '4 Star Airlines' menjadi '5 Star Airlines'.Dengan kerja sama dan dukungan berbagai pihak, Tiongkok dan Indonesia dapat lebih memajukan hubungannya ke tingkat yang lebih tinggi.